Dari Rebutan Kursi menjadi Red Karpet pesawat VIP!
“naik pesawat kok
kayak naik bis.. berebutan kursi!”
Siapapun yang pernah naik Airasia di awal kemunculannya
pasti pernah merasakan “cibiran” itu. Ya, itulah pengalaman awal saya
menggunakan penerbangan Airasia. Datang lebih awal ke bandara, kemudian
langsung antri di depan pintu boarding demi mendapatkan kursi yang diinginkan.
Pengalaman terbang pertama kali saya bukan menggunakan
Airasia, namun penerbangan kedua dan 90% penerbangan saya yang lainnya selalu
setia menggunakan Airasia. Entah menggunakan tiket promo yang harus saya beli
enam sampai satu tahun sebelumnya, maupun penerbangan mendadak di hari yang
sama.
Pengalaman pertama saya travellingbackpacker ke luar negri sendiri adalah
ketika saya memutuskan untuk mengunjungi
Shenzhen, Hongkong dan Macau di tahun 2009. Kami berhasil mencari dan mendapatkan
tiket promo gratis dengan rute Jakarta – Kuala Lumpur, Kuala Lumpur – Shenzhen,
Macau – Kuala Lumpur, Kuala Lumpur – Jakarta. Perjalanan yang panjang dan
melelahkan, namun sangat sebanding dengan harga yang saya dapatkan.
Setelah perjalanan itu, hubungan saya dengan Airasia semakin
dekat, seperti hubungan percintaan yang ada rasa kangen jika tidak bertemu
lama. Hobby saya travelling seperti didukung oleh kekasih tercinta, kekasih
yang selalu setia menemani perjalanan saya. Kekasih yang bisa membuat saya
senang, mengobati rasa bosan saya dipekerjaan dengan mengirim saya
ketempat-tempat baru yang menarik.
Semakin lama, saya akui perjalanan bersama Airasia semakin menyenangkan,
mulai dari bisa memilih kursi, hot seat,
pre-booked meals, layanan VIP seperti red
carpet, sampai web check-in yang
sangat membantu “travelers tanpa
bagasi” seperti saya menghindari antrian di bandara. Yang paling membuat saya
senang adalah dari sekian puluh kali perjalanan saya mungkin hanya 1 sampai 2
kali saja yang mengalami delay diatas 1 jam. Mungkin saya beruntung? Ahh saya
rasa memang managemen Airasia yang selalu berusaha memperbaiki diri.
Ketika Airasia Indonesia memutuskan untuk menggunakan
terminal 3 di Bandara Soekarno Hatta, saya sempat ragu dan khawatir apakah
terminal ini akan menjadi seperti airport rasa terminal bus seperti LCCT di
Malaysia, namun setelah membuktikannya, saya malah sekarang jauuhhh lebih
menyukai terminal 3 ini dibandingkan terminal 1 dan 2.
Dibalik kenangan baik, tentu ada pengalaman kurang
menyenangkan bersama Airasia, pengalaman ini sejujurnya saya akui lebih banyak
berhubungan dengan mood para
pramugara dan pramugarinya. Biasanya saya paling sebal kalau dilayani dengan
setengah hati, senyum yang kecut dan bahkan dilayani dengan tidak ramah pada
saat kita memerlukan bantuan. Kalau kata anak-anak jaman sekarang sih “Mungkin
mereka lelah..” he he he.. Teman-teman dekat, keluarga dan rekan-rekan kantor saya sudah tahu hubungan dekat saya dengan Airasia, sebegitu dekatnya sampai pernah suatu ketika saya bercanda dikantor “ Kok gaji saya gak pernah lama ada tabungan ya?” teman kantor saya langsung berceloteh “ Coba cek saldonya di Airasia.com!!”.
Ditahun ini saya masih punya “tabungan” di Airasia yaitu
perjalanan ke Penang di bulan October untuk perjalanan wisata kuliner, dan
kembali ke Bali di bulan Desember untuk liburan Natal dan merayakan Tahun
Baru.. yeaaayyy!!
Comments
Post a Comment